Senin, 06 Februari 2017

Perilaku menyimpang

   A.    Definisi Perilaku menyimpang

Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi pada manusia muda, dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat. Penyimpangan bisa terjadi dalam skala kecil maupun skala besar.

Menurut Bruce J Cohen (dalam buku terjemahan Sahat Simamora), Perilaku menyimpang didefinisikan sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Batasan perilaku menyimpang ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Suatu tindakan yang mungkin pantas dan dapat diterima di satu tempat mungkin tidak pantas dilakukan di tempat yang lain.

Menurut Robert M.Z Lawang, perilaku menyimpang adalah suatu tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu system social.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang adalah perilaku manusia yang bertentangan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.

Masa remaja merupakan masa transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran yang umum merupakan suatu periode yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan menyelesaikan pendidikan untuk tingkat menengah, dimana perubahan biologis yang membawanya pada usia belasan (teenagers) seringkali mempengaruhi perilaku masa remaja. Para remaja tersebut sangat peka terhadap gagasan bahwa mereka harus seperti orang dewasa atau kanak-kanak, sehingga mereka segera mengganti mode pakaiannya.
Perilaku menyimpang pada remaja terjadi pada masyarakat dikalangan atas maupun dikalangan bawah contohnya saja di kota-kota besar. Dikota  Banjarnegara Banyak kasuspergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan.




   B.     Ciri-ciri perilaku menyimpang

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformationsebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
·         Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
·         Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu
1.      Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak(broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2.      Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentangperilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang.
3.      Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkanperilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang.
4.      Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5.      Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai prosesbelajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang,




    C.    Jenis-jenis perilaku menyimpang

a.       Berdasarkan kekerapan atau berat-ringannya penyimpangan

1) Penyimpangan Primer (Primary Deviation)
Ciri-cirinya :
a. Bersifat sementara / temporer
b. Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
c. Masyarakat masih mentolerir / menerima
Contohpegawai negeri yang membolos kerja, banyak minum alkohol pada waktu pesta, siswa yang membolos atau menyontek saat ujian dan pelanggaran lalu lintas.
2) Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)
Ciri-cirinya :           
a. Bersifat permanen / tetap
b. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
c. Masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut.
Contoh: pembunuhan, perjudian, perampokan dan pemerkosaan.
b. Berdasarkan jumlah pelakunya
1) Penyimpangan Individu
Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Contohnya pencurian yang dilakukan sendiri.
2)   Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok dengan melakukan tindakan-tindakan menyimpang dari norma-norma masyarakat yang berlaku. Pada umumnya penyimpangan kelompok terjadi dalam sub kebudayaan yang menyimpang yang ada dalam masyarakat. Contohnya gank kejahatan atau mafia.
3)  Penyimpangan Institusi
Penyimpangan institusi dilakukan oleh organisasi yang melibatkan organisasi lainnya yang dilakukan rapih. Sebagai contohnya tidakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat negara.

    D.    Sifat sifat perilaku menyimpang
s
Secara umum, terdapat dua sifat penyimpangan, yaitu:
·         Penyimpangan yang bersifat positif
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang memiliki dampak positif terhadap sistem sosial karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya alternatif. Umumnya, penyimpang ini dapat diterima masyarakat karena sesuai dengan perubahan zaman. Contoh, emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan banyak wanita karier

·         Penyimpangan yang bersifat negatif
Dalam penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial. Tindakan dan pelakunya akan dicela dan tidak diterima masyarakat. Bobot penyimpangan dapat diukur menurut kaidah sosial yang dilanggar. Contoh, seorang koruptor selain harus mengembalikan kekayaan yang dimilikinya kepada negara, juga tetap dikenakan hukuman penjara.


   E.     Masalah yang dapat menjadi faktor pendorong terjadinya penyimpangan sosial

Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering sekali ternyata tidak mulus, banyak memgalami berbagai hambatan dan rintangn. Lebih-lebih bagi siswa sekolah menengah yang berada dalam fase perkembangan remaja, masa dimana individu mengalami berbagai perubahan fisik maupun psikis. Pada fase ini individu mengalami perubahan ynag besar yang dimulai dengan datangnya masa puber. Datangnya masa puber ditandai dengan kematangan seksualitas. Sikap-sikap dan perilaku yang terjadi pada masa puber sering mengganggu tugas-tugas pada masa perkembangan anak pada masa berikutnya yaitu masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remaja. Beberapa masalah yang dialami para remaja sekarang:

1. Masalah Emosi
            Secara tradisional masa remaja dianggap periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akiabat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak pada mereka, mudfah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering menimbulkan berbagai permasalahn khususnya dalam kaitannya dengan penyesuainan diri dilingkunganya. Maraknya kasus perkelahian antar pelajar akhir-akir ini adalah contoh nyata dari ketidakmampuan remaja mengolah dan mengendalikan emosi.

2. Masalah Penyesuaian Diri
            Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan dengan penyesuian social. Remaja harus meyesuaikan diri dengan lawan jenis, baik sesama remaja maupun dengan orang-oarang dewasadiluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencspai pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak banyak enyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman-temannya sebaya dalam pola perilaku,sikap, minat dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat bergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah bergaul, misalnya berada dalam kelompok pemakai obat-obatan terlarang, minuman keras, merokok, dan perilaku negative lainnaya. Dalam keadasan demikian remajacenderung akna mengikutinya tanpa memperdulikan akibat yangakan menimpa dirinya. Kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang dianggap paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, remaja mau melaksanakan apa saja yang akan menimpa atas perilaku mereka tersebut.

3. Masalah Perilaku Seksual
            Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubunagn dengan kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan belajar memerankan seks yang diakuinya. Pada masa remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romants yang didikuti oleh keinginnan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhtian dari lawan jenis, sebagai akibatnya remaja mempunyai minat tinggi pada seks. Remaja lebih banyak mencari informasi tentang seks dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dari tena sebaya yang sama-sam kurang memahami arti pentingnya seks, internet, media elektronik yan semakin canggih, dan media cetak yang kadang-kadang lebih mengarah pada pornografi. Sebagai akibat dari informasi yang salah dapat menimbulkan perilaku seks remkja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidsak layak untuk dilakukan misalnya berciuman, bercumbu, mesturbasi, dan bersenggama. Namun generasi sekarang hal-hgal tersebut dianggap normal atau paling tidak diperbolehkan. (Hurlock, 1980:229)

4. Masalah Perilaku Sosial
            Tanda-tanda masalah perilaku social pada remaja dapat dilihat dari adanya diskriminasi terhadap mereka yang terlatar belakang ras, agama, atau social ekonomi yang berbeda. Dengan pola-pola perilaku social seperti ini, maka melahirkan geng-geng atau kelompok-kelompok remaja yang pembentukanya berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama, suku dan social ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng pada renaja tersebut dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah diatas dapat dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatana kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama,ras, dan social ekonomi.

5. Masalah Moral
            Masalah moral yang terjadi pada para remja ditandai oleh adanya ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakkonsisitenan dalam konse benar dan slah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, da kelompok remaja. Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah dapat membawa mala petaka bagi kehidupan remja pada khususnya dan pada semua oaring pada umumnya.

6. Masalah Keluarga
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar kuno harus mengikuti standar modern, sedagkan orang tua tetap pada pendiriannya semula. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan antar mereka. Sehingga remaja yang cenderung keaah modernisasi akan membantah semua yang ditetapkan oleh orang tuanya sehingga menimbulakan penyimpangan untuk melakukan apa yang sudah diinginkannya.

F.      Bentuk-bentuk perilaku penyimpangan
Segala tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap sebagai bentuk penyimpangan. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut apabila terus berkembang akan menyebabkan timbulnya penyakit sosial dalam masyarakat. Adapun bentuk-bentuk penyimpangan serta berbagai penyakit sosial yang ada dalam masyarakat bermacam-macam. Berikut ini berbagai penyakit sosial yang ada dalam masyarakat.
1.     Minuman Keras (Miras
2.     Penyalahgunaan Narkoba
3.     Perkelahian Antar Remaja
4.     Perilaku Sex di Luar Nikah
5.     Berjudi

   G.    Dampak Perilaku Menyimpang
                                                 
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat akan membawa dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.
1.       Dampak Bagi Pelaku
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang individu akan memberikan dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa dampak tersebut.
a.  Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau dijauhi dari pergaulan.
b.   Dapat menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.
c.   Dapat menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
d.   Perbuatan yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
2.      Dampak Bagi Orang Lain/Kehidupan Masyarakat
Perilaku penyimpangan juga membawa dampak bagi orang lain atau kehidupan masyarakat pada umumnya. Beberapa di antaranya adalah meliputi hal-hal berikut ini.
a.   Dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.
b.   Merusak tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.
c.   Menimbulkan beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d.   Merusak unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam kehidupan masyarakat.
Dampak yang ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan sosial, baik terhadap pelaku maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah bersifat negatif. Demikian pula, menurut pandangan umum, perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat. Namun demikian, menurut Emile Durkheim, perilaku menyimpang tidak serta merta selalu membawa dampak yang negatif. Menurutnya, perilaku menyimpang juga memiliki kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat. Adapun beberapa kontribusi penting dari perilaku menyimpang yang bersifat positif bagi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini.




                      

                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar