A. Definisi Perilaku menyimpang
Perilaku menyimpang
adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang dapat terjadi pada manusia muda,
dewasa, atau tua baik laki-laki maupun perempuan. Perilaku menyimpang ini tidak
mengenal pangkat atau jabatan dan tidak juga tidak mengenal waktu dan tempat.
Penyimpangan bisa terjadi dalam skala kecil maupun skala besar.
Menurut Bruce J Cohen
(dalam buku terjemahan Sahat Simamora), Perilaku menyimpang didefinisikan
sebagai perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak
masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Batasan perilaku menyimpang
ditentukan oleh norma-norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Suatu tindakan yang mungkin pantas dan dapat diterima di satu tempat mungkin
tidak pantas dilakukan di tempat yang lain.
Menurut Robert M.Z
Lawang, perilaku menyimpang adalah suatu tindakan yang menyimpang dari
norma-norma yang berlaku dalam suatu system social.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku
menyimpang adalah perilaku manusia yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Masa remaja merupakan
masa transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran
yang umum merupakan suatu periode yang dimulai dengan perkembangan masa
pubertas dan menyelesaikan pendidikan untuk tingkat menengah, dimana perubahan
biologis yang membawanya pada usia belasan (teenagers) seringkali mempengaruhi
perilaku masa remaja. Para remaja tersebut sangat peka terhadap gagasan bahwa
mereka harus seperti orang dewasa atau kanak-kanak, sehingga mereka segera
mengganti mode pakaiannya.
Perilaku menyimpang
pada remaja terjadi pada masyarakat dikalangan atas maupun dikalangan bawah
contohnya saja di kota-kota besar. Dikota Banjarnegara Banyak kasuspergaulan
bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah,
terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang
dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah
merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena
kecelakan.
B. Ciri-ciri
perilaku menyimpang
Menurut
Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformationsebab-sebab penyimpangan/kejahatan
dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
· Faktor
subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat
pembawaan yang dibawa sejak lahir).
· Faktor
objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan
rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi.
Untuk lebih
jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang
individu (faktor objektif), yaitu
1. Ketidaksanggupan
menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap
norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal
yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses
sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam
keluarga yang retak(broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa
mendidik anaknya dengan sempurna maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan
kewajibannya sebagai anggota keluarga.
2. Proses
belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena
seringnya membaca atau melihat tayangan tentangperilaku menyimpang. Hal itu
merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang
menyimpang. karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan
kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk
proses belajar menyimpang.
3. Ketegangan
antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan
dan struktur sosial dapat mengakibatkanperilaku yang menyimpang. Hal itu
terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh
peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku
menyimpang.
4. Ikatan
sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa
kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka
kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang.
5. Akibat
proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media
massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku
menyimpang)Hal inilah yang dikatakan sebagai prosesbelajar dari sub-kebudayaan
yang menyimpang,
C. Jenis-jenis perilaku menyimpang
a.
Berdasarkan kekerapan atau berat-ringannya
penyimpangan
1) Penyimpangan Primer (Primary Deviation)
Ciri-cirinya :
a. Bersifat sementara / temporer
b. Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang
c. Masyarakat masih mentolerir / menerima
Contoh: pegawai negeri yang membolos kerja, banyak minum alkohol pada waktu pesta,
siswa yang membolos atau menyontek saat ujian dan pelanggaran lalu lintas.
2) Penyimpangan Sekunder (Secondary Deviation)
Ciri-cirinya :
a. Bersifat permanen / tetap
b. Gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
c. Masyarakat tidak bisa mentolerir perilaku menyimpang tersebut.
Contoh: pembunuhan, perjudian, perampokan dan pemerkosaan.
b. Berdasarkan
jumlah pelakunya
1) Penyimpangan
Individu
Penyimpangan individu adalah penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang
individu dengan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari norma-norma
yang berlaku. Contohnya pencurian yang dilakukan sendiri.
2)
Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok adalah penyimpangan yang dilakukan secara berkelompok
dengan melakukan tindakan-tindakan menyimpang dari norma-norma masyarakat yang
berlaku. Pada umumnya penyimpangan kelompok terjadi dalam sub kebudayaan yang
menyimpang yang ada dalam masyarakat. Contohnya gank kejahatan
atau mafia.
3) Penyimpangan Institusi
Penyimpangan institusi dilakukan oleh organisasi yang melibatkan organisasi
lainnya yang dilakukan rapih. Sebagai contohnya tidakan korupsi yang dilakukan
oleh para pejabat negara.
D.
Sifat sifat perilaku menyimpang
Secara umum, terdapat dua sifat penyimpangan, yaitu:
· Penyimpangan
yang bersifat positif
Penyimpangan
yang bersifat positif adalah penyimpangan yang memiliki dampak positif terhadap
sistem sosial karena mengandung unsur inovatif, kreatif dan memperkaya
alternatif. Umumnya, penyimpang ini dapat diterima masyarakat karena sesuai
dengan perubahan zaman. Contoh, emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat
yang memunculkan banyak wanita karier
· Penyimpangan
yang bersifat negatif
Dalam
penyimpangan yang bersifat negatif, pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial
yang dipandang rendah dan berakibat buruk serta mengganggu sistem sosial.
Tindakan dan pelakunya akan dicela dan tidak diterima masyarakat. Bobot
penyimpangan dapat diukur menurut kaidah sosial yang dilanggar. Contoh, seorang
koruptor selain harus mengembalikan kekayaan yang dimilikinya kepada negara,
juga tetap dikenakan hukuman penjara.
E.
Masalah yang dapat menjadi faktor pendorong terjadinya
penyimpangan sosial
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan
sering sekali ternyata tidak mulus, banyak memgalami berbagai hambatan dan
rintangn. Lebih-lebih bagi siswa sekolah menengah yang berada dalam fase
perkembangan remaja, masa dimana individu mengalami berbagai perubahan fisik
maupun psikis. Pada fase ini individu mengalami perubahan ynag besar yang
dimulai dengan datangnya masa puber. Datangnya masa puber ditandai dengan
kematangan seksualitas. Sikap-sikap dan perilaku yang terjadi pada masa puber
sering mengganggu tugas-tugas pada masa perkembangan anak pada masa berikutnya
yaitu masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam
menjalani kehidupan pada fase remaja. Beberapa masalah yang dialami para remaja
sekarang:
1. Masalah Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap periode “badai dan tekanan” suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akiabat dari perubahan fisik dan
kelenjar. Emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang
tampak pada mereka, mudfah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung
meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering
menimbulkan berbagai permasalahn khususnya dalam kaitannya dengan penyesuainan
diri dilingkunganya. Maraknya kasus perkelahian antar pelajar akhir-akir ini adalah
contoh nyata dari ketidakmampuan remaja mengolah dan mengendalikan emosi.
2. Masalah Penyesuaian Diri
Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan
dengan penyesuian social. Remaja harus meyesuaikan diri dengan lawan jenis,
baik sesama remaja maupun dengan orang-oarang dewasadiluar lingkungan keluarga
dan sekolah. Untuk mencspai pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat
banyak banyak enyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah
bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh
teman-temannya sebaya dalam pola perilaku,sikap, minat dan gaya hidupnya lebih
besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat bergantung dari
pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah bergaul,
misalnya berada dalam kelompok pemakai obat-obatan terlarang, minuman keras,
merokok, dan perilaku negative lainnaya. Dalam keadasan demikian
remajacenderung akna mengikutinya tanpa memperdulikan akibat yangakan menimpa
dirinya. Kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya merupakan
kebutuhan yang dianggap paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
remaja mau melaksanakan apa saja yang akan menimpa atas perilaku mereka
tersebut.
3. Masalah Perilaku Seksual
Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubunagn dengan
kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan
lawan jenis dan belajar memerankan seks yang diakuinya. Pada masa remaja sudah
mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romants yang didikuti oleh
keinginnan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhtian dari lawan jenis,
sebagai akibatnya remaja mempunyai minat tinggi pada seks. Remaja lebih banyak
mencari informasi tentang seks dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, misalnya dari tena sebaya yang sama-sam kurang memahami
arti pentingnya seks, internet, media elektronik yan semakin canggih, dan media
cetak yang kadang-kadang lebih mengarah pada pornografi. Sebagai akibat dari
informasi yang salah dapat menimbulkan perilaku seks remkja yang apabila
ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidsak layak untuk dilakukan misalnya
berciuman, bercumbu, mesturbasi, dan bersenggama. Namun generasi sekarang
hal-hgal tersebut dianggap normal atau paling tidak diperbolehkan. (Hurlock,
1980:229)
4. Masalah Perilaku Sosial
Tanda-tanda masalah perilaku social pada remaja dapat dilihat dari adanya
diskriminasi terhadap mereka yang terlatar belakang ras, agama, atau social
ekonomi yang berbeda. Dengan pola-pola perilaku social seperti ini, maka
melahirkan geng-geng atau kelompok-kelompok remaja yang pembentukanya
berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama, suku dan social ekonomi.
Pembentukan kelompok atau geng pada renaja tersebut dapat memicu terjadinya
permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah
diatas dapat dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatana kelompok
dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama,ras, dan social ekonomi.
5. Masalah Moral
Masalah
moral yang terjadi pada para remja ditandai oleh adanya ketidakmampuan remaja
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketidakkonsisitenan dalam konse benar dan slah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, da kelompok remaja.
Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah dapat membawa
mala petaka bagi kehidupan remja pada khususnya dan pada semua oaring pada
umumnya.
6. Masalah Keluarga
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua
yang kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai
standar kuno harus mengikuti standar modern, sedagkan orang tua tetap pada
pendiriannya semula. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan
antar mereka. Sehingga remaja yang cenderung keaah modernisasi akan membantah
semua yang ditetapkan oleh orang tuanya sehingga menimbulakan penyimpangan
untuk melakukan apa yang sudah diinginkannya.
F. Bentuk-bentuk
perilaku penyimpangan
Segala tindakan atau perilaku yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat dianggap sebagai bentuk
penyimpangan. Bentuk-bentuk penyimpangan tersebut apabila terus berkembang akan
menyebabkan timbulnya penyakit sosial dalam masyarakat. Adapun bentuk-bentuk
penyimpangan serta berbagai penyakit sosial yang ada dalam masyarakat
bermacam-macam. Berikut ini berbagai penyakit sosial yang ada dalam masyarakat.
2. Penyalahgunaan
Narkoba
3. Perkelahian
Antar Remaja
4. Perilaku Sex
di Luar Nikah
5. Berjudi
G. Dampak
Perilaku Menyimpang
Berbagai bentuk perilaku menyimpang yang ada di masyarakat akan membawa
dampak bagi pelaku maupun bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.
Berbagai
bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang individu akan memberikan
dampak bagi si pelaku. Berikut ini beberapa dampak tersebut.
a.
Memberikan pengaruh psikologis atau penderitaan kejiwaan serta tekanan
mental terhadap pelaku karena akan dikucilkan dari kehidupan masyarakat atau
dijauhi dari pergaulan.
b. Dapat
menghancurkan masa depan pelaku penyimpangan.
c. Dapat
menjauhkan pelaku dari Tuhan dan dekat dengan perbuatan dosa.
d. Perbuatan
yang dilakukan dapat mencelakakan dirinya sendiri.
Perilaku
penyimpangan juga membawa dampak bagi orang lain atau kehidupan masyarakat pada
umumnya. Beberapa di antaranya adalah meliputi hal-hal berikut ini.
a. Dapat
mengganggu keamanan, ketertiban dan ketidakharmonisan dalam masyarakat.
b. Merusak
tatanan nilai, norma, dan berbagai pranata sosial yang berlaku di masyarakat.
c. Menimbulkan
beban sosial, psikologis, dan ekonomi bagi keluarga pelaku.
d. Merusak
unsur-unsur budaya dan unsur-unsur lain yang mengatur perilaku individu dalam
kehidupan masyarakat.
Dampak yang
ditimbulkan sebagai akibat perilaku penyimpangan sosial, baik terhadap pelaku
maupun terhadap orang lain pada umumnya adalah bersifat negatif. Demikian pula,
menurut pandangan umum, perilaku menyimpang dianggap merugikan masyarakat.
Namun demikian, menurut Emile Durkheim, perilaku menyimpang tidak serta merta
selalu membawa dampak yang negatif. Menurutnya, perilaku menyimpang juga
memiliki kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat. Adapun beberapa
kontribusi penting dari perilaku menyimpang yang bersifat positif bagi
masyarakat meliputi hal-hal berikut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar