1. Kegunaan dan Manfaat Logika
Kegunaan logika :
· Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
· Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
· Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
· Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas sistematis
· Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
· Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
· Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
· Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis sebagaimana tersebut point 1 maka akan meningkatkan citra diri seseorang.
Manfaat Logika :
Manfaat mempelajari logika, agar dapat berpikir lebih nalar, kritis, tepat, runtut atau konsisten, mempelajari ilmu ini sungguh bermanfaat sekali untuk hal-hal sebagai berikut:
· Melatih jiwa manusia agar dapat memperhalus jiwa pikirannya.
· Mendidik kekuatan akal pikiran dan mengembangkannya yang sebaik-baiknya dengan melatih dan membiasakan mengadakan penelitian-penelitian tentang cara berpikir.
· Studi Logika mendidik kita berpikir jernih dan kritis.
· Logika memungkinkan kita melaksanakan disiplin intelektual yang diperlukan dalam menyimpulkan atau menarik kesimpulan.
· Logika membantu kita menginterpretasikan fakta dan pendapat orang lain secara memadai.
· Logika melatih kita tentang teknik-teknik menetapkan asumsi dan implikasi.
· Logika membantu kita mendeteksi penalaran-penalaran yang keliru dan tidak jelas.
· Logika memancing pemikiran-pemikiran ilmiah dan reflektif.
· Mengenali dan menggunakan bentuk-bentuk umum tertentu dengan cara penarikan konklusi yang benar dan menghindari kesalahan-kesalahan yang bisa dijumpai.
· Dapat memperpanjang rangkaian penalaran itu untuk menyelesaikan problem-problem yang lebih kompleks.
· Daya khayal semakin tinggi sehingga menjadi lebih kreatif.
Dengan membiasakan latihan berpikir, manusia akan mudah dan cepat mengetahui di mana letak kesalahan yang menggelincirkannya dalam usaha menuju hukum-hukum yang diperoleh dengan pikiran itu. Jadi mempelajari ilmu logika itu sama dengan mempelajari Ilmu Pasti, dalam arti sama-sama tidak langsung memperoleh manfaat dengan ilmu itu sendiri, tapi ilmu-ilmu itu sebagai perantara yang merupakan suatu jembatan untuk ilmu-ilmu yang lain juga untuk memimbang sampai di mana kebenaran ilmu-ilmu itu. Dengan demikian maka ilmu logika juga boleh di sebut ilmu pertimbangan atau ukuran; dalam bahasa Arab di sebut ‘Ilmulmizan atau Mi’jarul’ulum.
2. Hubungan Logika dalam psikologi, bahasa, dan metafisika
Berikut hubungan antara logika dengan psikologi, bahasa dan metafisika :
Logika dan Psikologi :
Dalam psikologi membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian, psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangn berpikir. Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berpikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita terlebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia itu berpikir.
Logika dan Bahasa :
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga dengan bahasa, orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang disampaikan, misalnya melalui bahasa isyarat , tertulis atau lisan. Jadi bahasa adalah alat komunikasi. Komunikasi dapat lancar apabila permasalahannya disusun dalam bentuk kaidah bahasa yang baik dan benar. Ini dipelajari dalam ilmu bahasa (gramatika).
Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika meyajikan tata cata kaidah berpikir secara lurus dan benar. Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalm praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikir logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikan isi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika sangat berhubungan erat dengan bahasa.
Logika dan Metafisika :
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Hakikat realitas dapat dicari dan ditemukan di balik sesuatu yang tampak atau nyata. Oleh sebab itu, metafisika selalu mencari kebenaran/hakikat realitas di balik yang tampak dan nyata. Sikap seperti itu adalah kritis, yaitu sikap yang selalu ingin tahu dan membuktikan segala sesuatu yang sudah atau selalu dianggap benar.Teori dalm metafisika bahwa kenyataan kebenaran/hakikat realitas bukanlah apa yang tampak, tetapi apa yang berada di balik yang tampak.
Dalil-dalil, hukum dalam logika bagi metafisika buka apa yang telah dirumuskan yang menjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang ada di balik rumusan tersebut. Dengan demikian bagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan hukum-hukumnya. Semakin erat hubungan metafisika dengan logika, kebanran logis semakin dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kebenaran lois mendekati pada hakikat realitas, semakin mampu berpikir logis, orang tidak mudah tertipu oleh kebenaran yang tampak (Iriyanto Widisuseno, 1995).
3. Hubungan Logika dalam Komunikasi
Hubungan ini dapat dijelaskan bahwa hasil yang diperoleh dari mempergunakan suatu teknik (logika), akan tergantung dari baik-buruknya alat bahasa komunikasi yang digunakan. Penggunaan bahasa komunikasi sebagai alat logika harus memperhatikan perbedaan antara bahasa sebagai alat logika dan bahasa sebagai alat kesusasteraan. Kita ambil contoh dari pernyataan
“ Lukisan itu tidak jelek ”,
maka maksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, atau maksud lukisan itu belum dapat dikatakan indah, namun belum tentu untuk mengatakan bahwa lukisan itu jelek. Logika hanya dapat memperhitungkan penilaian-penilaian yang isinya dirumuskan secara seksama, tanpa suatu nilai perasaan.
4. Pembagian Logika
Sistematisasi logika dapat diklsaifikasikan menjadi beberapa bagian, tergantung dari mana kita meninjaunya.
Pertama, dari segi obyeknya. Pada bagian ini logika dapat dibedakan menjadi dua,
(1) logika formal atau mantiq as-shuwari,
(2) logika material atau mantiq al-maddi.
Pemikiran yang benar dapat dibedakan menjadi dua bentuk yang berbeda secara radikal, yakni cara berfikir dari umum ke khusus dan cara berfikir dari khusus ke umum. Cara pertama disebut berfikir deduktif dipergunakan dalam logika formal yang mempelajari dasar-dasar persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan mempergunakan hukum-hukum, rumus-rumus, patokan-patokan berfikir benar. Cara berfikir induktif dipergunakan dalam logika material, yakni menilai hasil pekerjaan logika formal dan menguji benar tidaknya dengan kenyataan empiris. Logika formal disebut juga logika minor. Logika material disebut logika mayor.
Kedua, dari segi kualitasnya. Disini logika dapat dibedakan menjadi Naturalis (Mantiq al-Fithri), yaitu kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan manusia. Akal manusia yang normal dapat berjalan dan bekerja secara spontan sesuai hokum-hukum logika dasar. Bagaimanapun rendahnya intelegensi seseorang ia dapat membedakan bahwa sesuatu itu adalah berbeda dengan sesuatu yang lain, dan bahwa dua kenyataan yang bertentangan adalah tidak sama. Tetapi dalam mengahadapi permasalahan yang rumit dan dalam berfikir, manusia banyak dipengaruhi oleh kecendrungan pribadi disamping bahwa pengetahuan manusia sangat terbatas mengakibatkan tidak mungkin terhindar dari kesalahan. Nah, untuk mengatsai kenyataan yang tidak bisa ditanggulangi oleh Mnatiq al-Fitri, manusia menyusun hokum-hukum patokan-patokan , rumus-rumus berfikir lurus. Logika inilah yang disebut dengan Logika Artifisialis atau Logika Ilmiah (Mantiq As-Suri) yang bertugas membantu Mantiq Al-Fitri. Mantiq ini memperhalus, mempertajam, serta menunjukkan jalan pemikiran agar akal dapat bekerja lebih teliti, efisien, mudah dan aman.
Ketiga, dari segi metodenya, logika dapat dibedakan atas Logika Tradisional (Mantiq al-Qadim) dan Logika Modern (Mantiq al-Hadits). Logika tradisional adalah logika Aristoteles, dan logika para Logikus yang lebih kemudian, tetapi masih mengikuti system Logika Aristoteles. Sedangkan Logika Modern tumbuh dan berkembang mulai pada abad XIII. Mulai abad ini ditemukan sistem baru, metode baru yang berlainan dengan sisitem Logika Aristoeteles. Saatnya dimulai sejak Raymundus Lullus menemukan metode baru logika yang disebut Ars magna.
Adapun Logika menurut The Liang Gie (1980) terbagi menjadi lima bagian:
1. Logika makna luas dan logika makna sempit.
Dalam arti sempit istilah tersebut dipakai searti dengan deduktif atau logika formal. Sedangkan dalam arti yang lebih luas pemakaiannya mencakup kesimpulan-kesimpulan dari berbagai bukti dan tentang bagaimana sistem penjelasan di susun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
2. Logika Deduktif dan Induktif
Logika deduktif adalah suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas pelajaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan suatu kesimpulan sebagai kemestian dari pangkal pikirnya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang betul dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
3. Logika Formal dan Material
Logika formal adalah mempelajari asas aturan atau hukum-hukum berfikir yang harus ditaati agar orang dapat berfikir dengan benar mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan praktis sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. Dan sekarang, logika formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah cara berfikir untuk mencapai kebenaran.
4. Logika Murni dan Terapan
Logika murni adalah merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan-pernyataan dengan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam suatu cabang ilmu dari sitilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud. Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu bidang-bidang filsafat dan juga dalam pembicaraan yang menggunakan bahasa sehari-hari.
5. Logika Falsafati dan Matematik
Logika falsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan sangat erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, seperti logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Adapun logika matematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar